Monday, October 26, 2015

4K Gaming Rig 2014

Memang dari awal penulis adalah penggemar berat grafis dari PC Game dan console. Bukan pemain PC Game murni, tapi lebih senang melihat kualitas grafis yang indah di mata. Mulai dari jaman IBM PC compatible dengan CPU 386 hingga saat ini.

Tidak puas tentunya jika tidak mencoba kualitas PC Game dengan resolusi 4K atau lebih tepatnya UHD (berbeda resolusi yaitu 4K sebesar 4096x2160px sedangkan UHD 3840x2160px.

Meskipun pada saat tulisan dibuat 4K Gaming baru saja mulai naik daun, namun perangkat display dan graphic card masih belum memadai. Penulis tetap nekat mencoba menjadi early adopter untuk 4K Gaming, hasilnya tidak mengecewakan.

Awal cerita sebenarnya hanya ingin upgrade PC Desktop di rumah yang sudah jaug ketinggalan dengan game2 di tahun 2013. Sehingga di awal 2014, mulailah project upgrade PC desktop. PC desktop awal menggunakan intel i5-750 quad core 2.66 Ghz socket LGA 1156, keluarga Lynnfield, dengan chipset bawaan intel yaitu P55. Untuk Mobo waktu itu menggunakan merek ASROCK P55 Extreme dengan memory dual channel DDR3 1333 sebanyak total 8 GB, untuk Grahic card menggunakan ATI Radeon HD5850 produk Pixelview yang ekonomis GPU merupakan graphic card kelas mid range. Meskipun graphic card mampu drive hingga Full HD resolution, namun tentunya untuk mendapat gameplay yang baik masih kurang, sehingga cukup bermain di resolusi 1650x1080px dengan koneksi DVI. CPU cooler menggunakan Artic Freezer 7, sedangkan power supply Seasonic SS500W yang merupakan produsen OEM PSU terbesar untuk berbagai merek. Operating system saat itu masih menggunakan Windows 7, tidak lupa LCD monitor ACER 20inch, keyboard logitech dan gaming mouse logitech G5 dengan pemberat. Dengan spesifikasi tersebut game2 terbaru di tahun 2013 sudah tidak mampu dijalankan dengan sempurna (sempat absen main game selama beberapa tahun)

Kembali ke proses upgrade, yang waktu itu sebenarnya hanya mengarah pada resolusi Full HD yang sedang booming, namin resolusi 2K dan 4K mulai bermunculan. Saat melihat beberapa review mulai ada yang membahas PC Gaming di resolusi 2K dan 4K.
Sebenarnya untuk Teknologi CPU, Chipset/mobo, memory dan drive sedang tidak banyak perubahan dan saat itu Intel berada pada generasi 4 (tock dari tick-tock model Intel) dengan teknologi 22mm Haswell. Chipset yang sedang naik daun saat itu adalah Z97 untuk mainstream  (non extreme) beralih dari Z87 series chipset sebelumnya.
Dengan kondisi di tahun 2014 awal (waktu upgrade) teknologi yang merupakan pilihan mainstream berdasarkan review2 yang ada adalah sebagai berikut:

CPU:
Intel i5 4670K Quad Core, 4 thread, 3.4Ghz dengan boost clock hingga 3.8Ghz, didalamnya sudah ada build in HD Grapics 4600 series mampu menampilkan resolusi UHD dengan refresh 60Hz tentunya bukan untuk bermain game. Pilihan lain sebenarnya adalah Intel i7 4770K keduanya bisa di overclock dengan adanya akhiran K dibelakang nama CPU. Tentunya 4770K memiliki frequency kerja yang lebih tinggi. Namun karena masalah produksi kedua chipset tersebut memiliki thermal compound yang kurang mumpuni untuk mendapatkan overclock yang baik. Dari segi price/performance i5 4670K mendapatkan review bagus di berbagai media. Berdasarkan kondisi tersebut dipilihlah i5 4670K dengan opsi upgrade ke CPU yag lebih baik dari 4770K yang dikenal dengan Devil Canyon atau Haswell refresh yang belum keluar.

CPU Cooling:
Untuk CPU cooling tertarik mencoba liquid cooling, namun karena tidak report akhirnya dipilih closed loop cooling ready to use dari beberapa produsen yang ada seperti Corsair, Cooler Master, NZXT kraken, dsb. Pilihan jatuh pada produk Corsair yang mendapat review bagus, yaitu H100i series.  Radiator dengan kipas 120mm dua buah terlihat sangar dan menjanjikan kendali suhu yang baik uuntuk CPU terutama saat dilakukan overclock.

Mobo:
Dengan dipilihnya i5-4670K chipset prosumer Z97 menjadi pilihan yang sebanding untuk mendapatkan kinerja maksimum. Pilihan jatuh pada merek Gigabyte Z97 Gaming G1 series. Sebenarnya mobo ini agak sedikit ada kekurangan terutama untuk support M.2 Sata Express terbaru, namun karena belum dirasakan perlu dan harga masih masuk range dan dipengaruhi keberadaan stock barang saat itu. (Sebenarnya mau pilih UD3/UD5 tapi memang harganya lebih mahal untuk UD5). Mobo sudah memiliki kemampuan untuk Nvidia SLI atau crossfire AMD ATI, dengan warna merah, chip Audio yang mumpuni dari Creative, dan fitur2 overclock yang lumayan dan banyaknya USB 3.0 port tersedia baik untuk front panel maupun di belakang. Pin2 untuk extra fan pun bertebaran.

Memory:
Untuk memory pilihan jatuh pada Corsair Vengeance Pro 2x8GB 2400 (12400) dengan heatspreader. Sayangnya karena terburu2 warna merah tidak tersedia dan akhirnya menggunakan warna silver sehingga padu padan dengan Mobo belum bisa terpenuhi. Namun kemampuannya sudah sangat memadai. Siap juga untuk di overclock bila diperlukan.

PSU:
Sebenarnya target awal di kisaran 650-750 Watt PSU, namun waktu mendefinisikan spesifikasi untuk PC Game berubah dari Full HD menjadi 4K/UHD minimal 2K QHD maka sudah terbayang ada kemungkinan untuk SLI atau cross fire setup, sehingga PSU di genjot ke angka minimal 1000 Watt untuk lebih amannya. Setelah pilih2 akhirnya jatuh ke Corsair RM1000 series dengan modular cable, yang masih relative ekonomis 80 Gold certified meski bukan platinum series memiliki efisiensi diatas 90%. Siap untuk Dual SLI dengan kartu grafis kelas atas.

GPU:
Pada saat perancangan GPU yang sedang naik daun adalah GPU seri 700 dari keluarga chip GK110 dengan pilihan kelas mid range mulai dari GTX 770 dan GTX 780 untuk top end, dan tidak lama keluarlah seri GTX 780 Ti dan Titan. Kedua kartu terakhir waktu itu harganya sudah diatas 10 jutaan, sedangkan seri GTX 780 mendapat review best value top range graphic card. Setelah melihat beberapa review dipilihlah GTX 780 dari Gigabyte dan agar mendapat seri factory overclock lalu pilihan jatuh pada versi GTX 780 GHZ edition dari Gigabyte yang sudah di overclock base clock di 1.019 Ghz  dan boost hingga 1.071 Ghz. Graphic card ini disertai memory sebesar 3GB DDR5. Dengan pendingin windforce 3 kipasnya memberikan pendinginan maksimal. Port koneksi tersedia DVI, HDMI 1.4 dan Display port versi 1.2. Waktu awal perakitan hanya membeli 1 buah Graphic card, namun setelah perakitan selesai tidak lama langsung beli 1 lagi untuk di setup secara SLI. Pilihan dari ATI saat itu tidak dapat mengalahkan best value option dari NVIDIA sehingga tidak memilih R9 series dan terutama karena masalah panas dan pemakaian daya yang lebih besar.

SSD dan HDD
Pada saat upgrade SSD sedang naik daun dan harganya mulai lebih terjangkau, untuk pilihan jatuh pada produk Samsung Evo yang mendapat review kinerja terbaik untuk rentang harganya. Karena biaya pilihan jatuh pada ukuran 250GB dengan pertimbangan sudah cukup untuk menampung Sistem Operasi dan beberapa game utama, game lainnya yang tidak begitu prioritas (atau software lain) bisa ditempatkan di HDD biasa. Dan bila perlu bisa menambah SSD kedua.
Untuk HDD pilihan jatuh di HDD 3.5inch internal berkinerja standard/baik yaitu WD 1TB Caviar Blue. Seri Black series ternyata memiliki suhu kerja yang lebih tinggi. Kompromi yang diambil adalah seri Biru tetap dengan 7200rpm seharusnya sudah cukup.

Case:
Untuk mendapatkan kemudahan modifikasi dan pemasangan piranti2 yang terbaik diatas, perlu ruangan case yang cukup luas. Pengalaman menggunakan casing cooler master Centurion 5 mid tower dari komputer lama memang cukup sempit dan menyulitkan modifikasi dan pemasangan kipas untuk pendingin. Karena sudah membayangkan manajemen suhu yang harusnya lebih baik dengan setup SLI, overclock CPU dsb. Maka setelah browsing pilihan jatuh pada model minimalis dari NZXT yaitu Switch 810 warna putih (ingin mendapatkan tema putih dengan warna lampu merah). Casing ini masuk ukuran Ultra Tower karena ukurannya yang sangat besar dan lega. Mungkin satu-satunya kelemahan adalah tidak adanya area power supply terpisah (meskipun secara sirkulasi udara tidak berpengaruh). Ukuran yang besar nantinya membantu untuk opsi2 pemasangan radiator Corsair H100i dan kipas2 untuk membantu sirkulasi maksimal pendinginan Graphic card dan component lainnya.
Casing Switch 810 dari NZXT mengalami modifikasi terutama untuk air intake di bagian depan di berikan lubang tambahan dan dilengkapi dengan mesh dari aluminium berwarna putih, untuk memaksimalkan aliran air intak dibagian depan. Dibagian belakang diberikan tambahan fan box untuk menghisap udara dari lubang diatas kisi2 graphic card terpasang agar, aliran udara panas dari graphic card terbuang dengan cepat ke bagian belakang. Hal ini merupakan pertimbangan tambahan dikarenakan pilihan graphic card adalah model open cooling (bukan versi awal dari NVIDIA dengan sistem pendingin tertutup (kipas tunggal) yang lebih cocok untuk pemasangan SLI dikarenakan udara panas dari GPU 2 yang ada dibawah terhisap oleh GPU card 1 diatasnya. Untuk menguragi masalah tersebut, diberikan kipas suplai udara dingin dari depan ke kedua kartu, dan udara panas buangan dari Kartu GPU Gigabyte GTX 780 GHZ edition ini bisa terhisap dengan cepat keluar ke belakang. Dari asil test. Konfigurasi ini memadai untuk menjaga suhu GTX 780 yang relatif panas terjaga lebih rendah sehingga menghindari overthortling dari GPU (menurunkan kecepatan saat overheating)

Fan:
Untuk setup kali ini semua fan menggunakan fan dari produsen casing yaitu NZXT, hanya saja fan bawaan Corsair H100i terkenal kurang mumpuni dan agak berisik sehingga diganti dengan fan top review yaitu Noctua NS12 yang mendapat nilai terbaik untuk pendingin radiator (dengan kemampuan static pressure yang tinggi dan suaranya yang relatif hening dilengkapi dengan peredam karet di mounting holenya).
Fan untuk casing menggunakan NZXT FN140RB berukuran 140mm untuk mendorong udara masuk di bagian depan,
Sebagai variasi selain kipas Noctua 120mm untuk push dari bawah melalui radiator membuang keatas. Dibagian atas dari radiator ditambahkan kipas hisap 140mm dengan LED merah untuk menambah variasi dan membantu pembuangan udara panas dari radiator. Kipas NZXT FZ140 Led merah dipasangkan diatas. 3 buah untuk menari udara panas (2 dari radiator) dan 1 dari dalam casing membuang ke atas.
Sebuah kipas NZXT FN140RB dipasang membuang udara ke bagian belakang casing. Versi FN140RB ini merupakan kipas PWM yang nantinya diatur oleh Fan Controller di sisi depan casing.
Dua kipas NZXT FZ140 LED merah dipasang di bagian depan bawah dan bagian bawah didalam untuk memberikan supply udara dingin ke dalam casing. Modifikasi tambahan dengan membuang penutup plastik untuk Drive bay CD ROM di bagian depan atas digantikan mesh hitam berasal dari casing lama Cooler master centurion 5, memberikan tambahan opsi supply udara dingin ke arah area CPU dan memory DDR3. Untuk itu dipasangkan Kipas 120mm dengan LED merah dari cooler master dengan fasilitas PWM dan RPM cukup tinggi.
Pengaturan kipas diatas berakhir dengan jumlah kipas casing tambahan sebanyak total 9 kipas casing ditambah 2 kipas dari radiator (Noctua) total 11 fan, diluar dari 2x3 kipas graphic card. Menyediakan keseimbangan CFM aliran masuk dan keluar dari casing untuk pendinginan maksimal.
Untuk mengendalikan Fan PWM 2 di depan, 1 di belakang dan 2 lagi untuk fan LED di bawah dan di atas, digunakan Fan Controller dengan touch screen dari Bitfenix (mencari tipe lain belum ada yang sesuai dan masih manual kendali dan tampilannya). Bitfenix recon berwarna putih menyesuaikan dengan warna casing dan juga memberikan tampilan modern dengan LCD warna putih dan fasilitas touch screen untuk kendali fan secara auto (dengan sensor2 suhunya dan manual untuk mengatur masing2 speed dari Fan PWM).

Aksesoris MOD PC casing:
LED kabel berwarna merah dengan panjang mencapai 1.5m dari merek NZXT juga menambah cantik interior casing dengan pendaran LED merah. Tambahan LED warna merah dari lampu interior untuk mobil juga ditambahkan (12V) untuk memberikan cahaya warna tambahan agar interior casing berpendah merah menyala. Tema Bloody White PC Gaming Rig akhirnya bisa terpenuhi.

Display Monitor
Komponen utama lainnya tentunya monitor. Seperti yang sudah disampaikan karena awalnya hanya mentargetkan resolusi Full HD namun di tengah jalan berbelok ke resolusi 4K, maka pilihan monitor 4K yang tersedia memang sangat terbatas saat itu. Kebetulan monitor 4K dari Samsung yaitu UHD D590 baru saja diluncurkan dan sudah tersedia di toko2 PC component di Mangga Dua. Dengan harga yang ternyata tidak jauh berbeda dari top end monitor resolusi Full HD. Maka tidak pikir panjang pilihan langsung dijatuhkan pada monitor UHD  dari Samsung meski resolusi bukan 4K murni karena UHD resolusinya di 3840x2160px tetap sudah 4x lebih besar dari resolusi Full HD. Dan berdasarkan review2 yang ada minimal setting SLI dibutuhkan untuk mendapatkan frame rate gaming yang layak di kisaran diatas 50-60 frame per detik.
Saat itu hanya konektor Displayport versi 1.2 yang dapat menyalurkan tampilan 4K/UHD dengan frame rate mencapai 60Hz, untuk konektor lainnya hanya sampai di 30 frame per detik atau 30Hz. Teknologi single refresh (bukan split screen) juga sudah tersedia di monitor Samsung UHD untuk mencegah timbulnya masalah tearing.
Monitor ini masih menggunakan TN panel namun sudah versi terbaru yang kontrasnya lebih baik, sedangkan untuk viewing angle khas TN memang tidak lebar, namun karena bertujuan untuk main game yang posisinya dead on di depan layar maka viewing angle bukan masalah utama. Warna dan kontras serta response time yang memadai sudah cukup untuk menjadikan monitor UHD D590 ini menjadi monitor andalan 4K saat itu.

Aksesoris Gaming PC
Untuk Mouse pilihan pertamanya mencoba yang murah dari gaming mouse keluaran Bloody series (produsen A4tech) fitur mouse nya sebenarnya oke baik resolusi maupun response yang baik, kabel sudah menggunakan proteksi, ada lampu LED dengan simbol tangan berdarah dibagian atas yang berpendar/berkedip berirama sangat bagus untuk fitur Modifikasi. Masalah utama adalah berat mouse yang ringan dan tidak ada opsi untuk mengatur berat.
Setelah mencari beberapa ospi tentunya tetap mengacu pada tema yaitu warna LED fitur mouse dan tidak banyak pilihan (razer yang tetap berwarna hijau, dan beberapa opsi mouse dengan LED warna yang bisa diganti harganya masih sangt mahal)
Pilihan akhirnya jatuh pada Mouse Corsair M45 Raptor dengan opsi pengatur berat, dan tentunya LED warna merah, fitur lainnya seperti kabel proteksi, resolusi dan response sudah sangat memadai untuk pemain game non kompetitif.
Keyboard juga dipilih Corsair gaming keyboard K70 yang mendapat review baik, menggunakan switch mekanis Cherry MX blue yang memang agak berisik namun sangat menyenangkan dipakainya. Memang masalah selera sih.
Ada opsi mengganti key caps nya dengan warna merah di huruf WASD untuk menunjukkan keyyboard gaming terutama game FPS. Sayangnya caps ESC ternyata mengelupas entah masalah defect produksi atau memang karena pemakaian padahal tombol ESC kan jarang dipakai? Selebihnya opsi USB port, pengatur volume analog di keyboard sangat membantu dalam pemakaian sehari2.
Untuk Mouspad menggunakan seri dari gigabyte hard mouse pad (bukan tipe kain)
Karena lebih sering bermain PC Game di malam hari atau jam2 istirahat siang maka pilihan Headphone merupakan hal wajib. Untuk mendapatkan pengalaman terbaik (seringkali kuping panas dan sakit menggunakan headphone biasa) pilihan jatuh pada Steelseries Siberia V2 dengan sistem USB dan soundcard terisah. Meski soundcard dari Mobo Creative 3D akhirnya jarang dipakai namun headphone Siberia ini sangat nyaman dengan pad busa yang cukup empuk.

Foto-foto PC Game Rig Bloody White dapat ditemukan di link photo berikut. Next Hasil benchmark 3DMark dan gameplay menyusul.

Link Photo: http://www.pbase.com/eandyh/white_beast

No comments:

Post a Comment